|
Ilustrasi : Google Images (Bayi) |
Polusi di riau membuat anak bayi menjadi Idiot - Polusi akhir akhir ini di Provinsi Pekanbaru, Indonesia akibat terbakarnya hutan hutan disana menyebabkan polusi besar besaran untuk daerah disekitarnya diantaranya jarak pandang motor atau mobil hanya beberapa ratus meter saja, dan jika keluar rumah harus memakai masker penutup mulut untuk menghindari sesak nafas yang berlebihan. Lalu akibat kebakaran ini pun berdampak terhadap bayi, memang dampak terhadap bayi tidak langsung terjadi tetapi secara bertahap bayi akan menjadi Idiot maupun bodoh, lalu jika masih di dalam kandungan perut orang tua bayi akan mengecil pertumbuhannya.
Polusi akibat kabut asap yang ditimbulkan dari asap kebakaran hutan dan lahan sangat berbahaya bagi kesehatan maupun generasi penerus di Provinsi Riau. Karena, polusi ini akan berdampak buruk pada pertumbuhan sel otak dan intelegensia bayi.
Menurut dokter Azizman Saad dari RSUD Arifin Achmad Pekanbaru di Pekanbaru mengatakan "Bagi bayi yang terpapar langsung asap, maka pertumbuhan sel- sel otaknya akan berkurang, sehingga mengurangi tingkat intelektual dan mengalami kemunduran kecerdasan."
Bahkan, ia pun mengatakan bayi yang masih didalam kandungan ibunya juga terancam bahaya asap, karena pertumbuhan janin tidak bisa optimal dan justru mengecil.
Kondisi polusi asap kebakaran di Provinsi Riau yang berkepanjangan karena sudah berlangsung lebih dari sebulan terakhir, diakui Azizman membuat daerah ini sudah tidak layak untuk dihuni oleh manusia atau hewan. Sebab, indeks pencemaran (Penghitung pencemaran) udara menunujukan level sangat tidak sehat sampai menunjukan tingkat berbahaya, yang dalam kondisi tersebut seharusnya pemerintah mengungsikan seluruh warganya.
Dalam kondisi pencemaran tersebut, lanjutnya tingkat oksigen (O2) murni di udara menurun drastis dari batas normal sekitar 20,9 persen. Udara kini sudah dipenuhi oleh partikel berbahaya sisa pembakaran lahan gambut dan kayu, diantaranya adalah gas metana dan karbondioksida.
''Polusi ini membuat Riau sudah tidak layak dihuni, idealnya warga harus diungsikan. Tapi pemerintah tentu tidak akan mampu mengungsikan semua warganya,'' kata dokter spesialis paru ini.
Ia menuturkan, penggunaan masker medis saat polusi asap yang makin parah sekarang ini tidak terlalu banyak menolong. Apalagi masker yang dibagi- bagikan pemerintah tidak sesuai standar untuk menangkap partikel berbahaya.
''Masker hijau yang tipis itu tidak bisa menyaring partikel-partikel kecil yang terkandung pada asap. Tapi ya daripada tidak sama sekali,'' katanya.
Karena itu, banyaknya jumlah warga sakit akibat asap tidak bisa dihindari lagi dan hingga kini sudah lebih dari 44.000 orang berdasarkan data Satgas Tanggap Darurat Asap Riau.
Ia mengatakan, banyaknya jumlah warga sakit tersebut mayoritas baru merupakan efek jangka pendek dari asap. Menurut dia, asap kebakaran Riau setara dengan bahaya asap rokok yang dipadatkan karena mengandung 4.000 partikel zat berbahaya.
Karena itu, bagi warga dewasa, menghirup asap kebakaran Riau dalam jangka panjang paling dalam tempo 10 tahun lagi, akan meningkatkan resiko terserang kanker paru-paru. ''Sekarang ini mungkin kita merasa sehat. Tapi ketika berusia 40 tahun nanti, baru akan terasa dampaknya,'' kata Azizman.
Kalau sudah begini, tak ada jalan lain, selain memberi tahu kepada keluarga, tetangga dan siapa saja yang sedang hamil untuk segera menyelamatkan generasi penerus, dengan cafra menghindar dari asap atau mengungsi ke tempat aman.